Rabu, 03 Mei 2017

pusaka daerah jakarta

SENJATA TRADISIONAL BETAWI (JAKARTA)



Golok Betawi 
Senjata merupakan alat kepanjangan tangan manusia dalam pembelaan diri, dalam setiap perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan lingkungan alam. Oleh karenanya sering ditemukan kesamaan model senjata antara satu daerah dengan daerah lain yang letak geografisnya berdekatan. Tidak sedikit dari senjata-senjata itu berakar dari alat pertanian dan perkakas sehari-hari.
Bagi masyarakat Betawi yang menurut arkeologi Uka Tjandrasasmita sebagai penduduk natif Sunda Kelapa (Monografi Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977), memiliki senjata tradisional yang belum terpengaruh kebudayaan asing sejak zaman Neolithikum atau zaman Batu Baru (3000-3500 tahun yang lalu). Hal ini dapat ditemukan pada bukti arkeologis di daerah Jakarta dan sekitarnya dimana terdapat aliran-aliran sungai besar seperti Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, Citarum pada tempat-tempat tertentu sudah didiami.
Beberapa tempat yang diyakini itu berpenghuni masyarakat Betawi itu antara lain Cengkareng, Sunter, Cilincing, Kebon Sirih, Tanah Abang, Rawa Belong, Sukabumi, Kebon Nanas, Jatinegara, Cawang, Cililitan, Kramat Jati, Condet, Pasar Minggu, Pondok Gede, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Kelapa Dua, Cipete, Pasar Jumat, Karang Tengah, Ciputat, Pondok Cabe, Cipayung, dan Serpong. Jadi menyebar hampir di seluruh wilayah Jakarta.
Dari alat-alat yang ditemukan di situs-situs itu, seperti kapak, beliung, pahat, pacul yang sudah diumpam halus dan memakai gagang dari kayu, disimpulkan bahwa masyarakat manusia itu sudah mengenal pertanian (mungkin semacam perladangan) dan peternakan. Bahkan juga mungkin telah mengenal struktur organisasi kemasyarakatan yang teratur.
Senjata Tradisional Betawi Genre Awal
Rotan
Rotan 
Rotan adalah jenis senjata tradisional Betawi yang digunakan pada permainan Seni Ketangasan Ujungan, termasuk kategori senjata alat pemukul. Disinyalir dari Seni Ujungan inilah awal beladiri berkembang. Pada masa awal terbentuknya Seni Ketangkasan Ujungan, rotan yang digunakan mencapai panjang 70-100cm. Pada ujung rotan disisipkan benda-benda tajam seperti paku atau pecahan logam, yang difungsikan untuk melukai lawan.
Pada perkembangannya rotan yang digunakan hanya berkisar 70-80cm, selanjutnya paku dan pecahan logam di ujung rotanpun tidak lagi digunakan untuk pertandingan yang sifatnya hiburan, rotan jenis ini dipakai hanya ketika berperang menghadapi musuh sesungguhnya. Tubuh lawan yang menjadi sasaranpun dibatasi hanya sebatas pinggang ke bawah, utamanya tulang kering dan mata kaki.
Piso Punta
 Piso Punta 
Piso Punta adalah senjata tajam jenis tusuk, dengan panjang sekitar 15-20cm. Senjata ini lebih berfungsi sebagai senjata pusaka yang menjadi simbol strata sosial pada waktu itu, karena senjata tajam ini tidak pernah digunakan untuk bertarung. Di Jawa Barat mungkin dikenal sebagai Kujang, namun Kujang lebih variatif dari segi bentuk dan motif ciung.
Senjata pusaka yang dianggap paling “berisi”. Pisau ini hanya dimiliki oleh kaum elit dan merupakan senjata pusaka Betawi yang paling mulia.
Pisau Raut
Pisau Raut 
Senjata tradisional masyarakat Betawi yang bentuknya hampir mirip badik. Merupakan pisau sang Hulun atau rakyat biasa. Pisau ini disebut juga badi-badi. Di samping itu pisau raut merupakan salah satu ciri khas pada Pengantin Dandanan Rias Bakal Pria Adat Betawi. Senjata ini disematkan pada bagian tengah baju dan ditahan dengan ikat pinggang. Letaknya cenderung ke sebelah kanan dengan dihiasi bunga melati yang dironce indah.
Beliung Gigi Gledek
Beliung adalah sejenis kapak dengan mata menyilang kearah gagang pegangan, umumnya digunakan sebagai perkakas untuk membuat kayu. Beliung Gigi Gledek merupakan jenis kapak dengan mata kapak terbuat dari batu, merupakan teknik pembuatan senjata sisa peninggalan zaman batu baru di Betawi yang masih tersisa antara abad 1-3M. Beberapa tokoh yang diketahui pernah menggunakan ini sebagai senjata andalannya adalah Batara Katong (Wak Item) dan Salihun pemimpin kelompok Si Pitung. Beliung digunakan Salihun sebagai sarana dalam melakukan aksi perampokan maupun pelarian dengan memanjat pagar tembok.
Cunrik (Keris Kecil Tusuk Konde)
Cunrik 
Cunrik merupakan senjata tradisional para perempuan Betawi, biasa digunakan oleh para resi perempuan yang tidak ingin menonjolkan kekerasan dalam pembelaan dirinya, terbuat dari besi kuningan dengan panjang kurang dari 10cm. Salah seorang resi perempuan yang terkenal menggunakan cunrik ini adalah Buyut Nyai Dawit, pengarang Kitab Sanghyang Shikshakanda Ng Karesiyan (1518). Dimakamkan di Pager Resi Cibinong.
Senjata Tradisional Betawi yang dipakai dalam Maenpukulan
Kerakel (Kerak Keling) / Blangkas
Kerakel (Kerak Keling) merupakan jenis senjata pemukul, merupakan perkembangan dari senjata rotan Ujungan. Orang Betawi Rawa Belong lebih mengenalnya dengan sebutan Blangkas.
Batang pemukul pipih memiliki panjang lebih pendek dari rotan (40-60cm), terbuat dari hasil sisa pembakaran baja hitam (kerak keling) yang dicor. Ujung gagang lancip yang difungsikan juga sebagai alat penusuk. Pada gagang dibuat lebih ringan dengan bahan terbuat dari timah. Agar tidak licin para jawara zaman dulu melapisinya dengan kain. Sekilas bentuk Kerakel mirip dengan Kikir, sejenis perkakas yang difungsikan sebagai pengerut besi.
Pada akhir abad 17 orang-orang peranakan cina di luar kota memodifikasi kerakel menjadi sebuah bilah dengan dua mata tajam, di sebut Ji-Sau (Ji, berarti dua-Sau, berarti bilah). Seiring dengan perkembangan waktu, lidah masyarakat Betawi memetaforkan kata ji-sau menjadi pi-sau, sekalipun pi-sau hanya bermata satu.
Golok
Golok merupakan jenis senjata tajam masyarakat Melayu yang paling umum ditemukan, walaupun dengan penamaan yang berlainan berdasarkan daerahnya. Sebagian besar masyarakat di pulau Jawa sepakat menamakan senjata tajam jenis “bacok” ini dengan golok.
Pada masyarakat Betawi keberadaan golok sangat dipengaruhi kebudayaan Jawa Barat yang melingkupinya. Perbedaan diantara keduanya dapat dilihat dari model bentuk dan penamaannya, sedangkan kualitas dari kedua daerah ini memiliki kesamaan mengingat kerucut dari sumber pande besi masyarakat Betawi mengacu pada tempat-tempat Jawa Barat, seperti Ciomas di Banten dan Cibatu di Sukabumi.
Golok Gobang
Golok Gobang 
Golok Gobang, adalah golok yang berbahan tembaga, dengan bentuk yang pendek. Panjang tidak lebih dari panjang lengan (sekitar 30 cm) dan diameter 7cm. Bentuk Golok Gobang yang pada ujung (rata) dan perut melengkung ke arah punggung golok, murni digunakan sebagai senjata bacok. Di Jawa Barat model Golok Gobang ini dinamakan Golok Candung. Bentuk gagang pegangan umumnya tidak menggunakan motif ukiran hewan, hanya melengkung polos terbuat dari kayu rengas. Masyarakat Betawi tengah menyebutnya dengan istilah “Gagang Jantuk”.
Bilah golok gobang polos tanpa pamor atau wafak yang umum dipakai sebagai golok para jawara, dengan diameter 6cm yang tampak lebih lebar dari golok lainnya.
Golok Ujung Turun
Golok jenis ini adalah golok tanding dengan ujung yang lancip, panjang bilah sekitar 40cm, dengan diameter 5-6cm. Umumnya golok Ujung Turun ini menggunakan wafak pada bilah dan motif ukiran hewan pada gagangnya. Gagang dan warangka golok lebih sering menggunakan tanduk, hal ini dimaksudkan sebagai sarana mengurangi beban golok ketika bertarung. Di Jawa Barat golok jenis ini merupakan perpaduan antara jenis Salam Nunggal dan Mamancungan.
Golok Betok & Badik Badik
Golok Betok adalah golok pendek yang difungsikan sebagai senjata pusaka yang menyertai Golok Jawara, begitupun Badik Badik yang berfungsi hanya sebagai pisau serut pengasah Golok Jawara. Kedua senjata tajam ini digunakan paling terakhir manakala sudah tidak ada senjata lagi di tangan.
Siku
Orang Betawi menyebutnya sebagai Siku, karena bentuknya yang terdiri dari dua batang besi baja yang saling menyiku atau menyilang. Ujung tajam menghadap ke lawan. Dalam setiap permainan siku selalu digunakan berpasangan. Dalam istilah lain senjata tajam jenis ini disebut Cabang atau Trisula.
Badik Cangkingan
Senjata tradisional masyarakat Betawi yang bentuknya hampir menyerupai rencong (senjata khas Aceh) dan badik (senjata khas Makasar). Bagian-bagiannya terdiri dari gagang yang terbuat dari kayu yang keras atau gading, cincin terbuat dari perak, perunggu atau emas, kemudian rangka dan sarung. Kedua bagian ini biasanya terbuat dari kayu yang keras yang diukir indah. Bagian terakhir adalah bilah badik yang terbuat dari campuran besi dan baja.
Sesuai dengan namanya “cangkingan”, senjata ini biasanya dibawa begitu saja, diselipkan pada celana atau sarung. Senjata yang digunakan sewaktu-waktu untuk menyerang ini lebih banyak digunakan sebagai kebanggaan terutama jika cincinnya terbuat dari emas. Dewasa ini badik cangkingan banyak digunakan sebagai pelengkap berbusana, terutama busana pengantin laki-laki dalam suatu upacara perkawinan. Oleh karena itu umumnya yang menyimpan senjata ini para perias pengantin.

pusaka daerah bangka belitung

Senjata Tradisional Bangka Belitung


1. Senjata Tradisional Bangka Belitung - Parang Bangka


Parang adalah senjata tradisional yang banyak dipergunakan oleh masyarakat Indonesia. Parang juga dapat ditemui di pulau jawa, semisal Golok Banten. Namun parang bangka memiliki keistimewaan atau ciri khas yang membedakan dengan golok Ciomas Banten. Parang bangka bentuknya seperti layar kapal. Alat ini digunakan terutama untuk perkelahian jarak pendek. Walaupun sekilas mirip dengan Golok Banten, namun ujung parang ini dibuat lebar dan berat guna meningkatkan bobot supaya sasaran dapat terpotong dengan cepat. Parang yang berdiameter sedang atau sekitar 40 cm juga dapat digunakan untuk menebang pohon karena bobot ujungnya yang lebih besar dan lebih berat.

Di Belitung, produksi parang yang terkenal adalah Parang Badau. Hingga saat ini di tahun 2015, tak banyak yang memproduksi parang badau di bangka belitung, mereka yang sebagai pengerajin adalah mereka yang memiliki jejak benang merah pengerajin dari ratusan silam zaman dahulu. Sehingga, ada parang khusus yang dibuat oleh pengerajin diyakini memiliki kekuatan supranatural. 


2. Senjata Tradisional Bangka Belitung - Kedik

Kedik adalah alat / senjata tradisional yang digunakan sebagai alat pertanian. Alat ini digunakan di perkebunan terutama di kebun lada. Dalam menggunakannya si pemakai harus berjongkok dan bergerak mundur atau menyamping. Alat ini digunakan dengan cara diletakkan pada tanah dan ditarik ke belakang. Alat ini efektif untuk membersihkan rumput pengganggu tanaman lada. Kedik biasanya digunakan oleh kaum wanita karena alatnya kecil dan relatif lebih ringan. Kedik hanya dapat digunakan untuk rumput jenis yang kecil atau rumput yang tumbuh dengan akar yang dangkal, bukan ilalang.



3. Senjata Tradisional Bangka Belitung - Siwar


Siwar adalah senjata tradisional yang mirip dengan Golok panjang. Siwar dibedakan dari ukuran panjang dan pendeknya. Ada Siwar yang berbentuk panjang dinamakan siwar panjangbentuknya hampir menyerupai mandau Kalimantan Barat, namun ia tidak bengkok. Ukurannya rata, lurus, pipih, ringan jika diayunkan. Kegunaannya untuk pertarungan cepat jarak dekat.


Ukuran panjang, ketebalan dan beratnya pun dirancang khusus yang dibuat tak sembarangan, disesuaikan dengan penggunanya. Keistimewaan lainnya, ada siwar panjang khusus yang rancang memiliki 2 mata sisi yang tajam seperti silet yang digunakan memang untuk pertempuran bagi masyarakat dahulu pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Kemudian ada siwar pendek. Panjangnya seukuran keris, memiliki ujung yang runcing. Dirancang khusus memang untuk pertarungan jarak dekat digunakan untuk menusuk lawan. Bagian tengah memiliki lenkung yang berfungsi untuk merobek. Siwar jenis ini sangat tajam dan memiliki ketebalan yang tipis.

pusaka daerah banten


SENJATA TRADISIONAL BANTEN


Banten merupakan salah satu provinsi yang kaya dengan berbagai jenis kegiatan kesenian serta kebudayaan. Mulai dari alat musik tradisional sampai benda-benda unik yang memiliki nilai seni tinggi, masih terjaga dan berpotensi besar sebagai daya tarik pariwisata di Provinsi Banten.
Sahabat GPS Wisata, dirangkum kembali dari berbagai sumber, Senjata Tradisional yang ada di Propinsi Banten.
Golok
 Golok Ciomas Salamnunggal dengan panjang 7 m, lebar 40 cm dengan berat 2 ton, dan merupakan golok yang terbesar di dunia (https://www.kaskus.co.id)
Golok pun dapat menjadi sebuah karya seni. Keindahan golok dapat dilihat dari bagian gagang dan sarungnya. Ada kesan unik dan bersejarah ketika melihat sarung dan gagang pada golok. Hantaman godam melumat besi baja untuk membuat bilah golok dan ketrampilan pengukir ternyata membuat sarung dan gagang golok telah menghasilkan benda yang bernilai tinggi.
Golok Banten adalah benda sejarah yang merupakan simbol peradaban zaman Kerajaan Banten. Dahulu golok digunakan sebagai alat pertahanan untuk melawan musuh atau orang yang berniat mengancam keselamatan. Golok Banten digunakan para jawara untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan sebagai lambang kehormatan dan derajatnya sebagai jawara.
Beberapa golok milik jawara Banten dijual dengan harga yang cukup tinggi. Hari ini banyak orang yang memfungsikan golok untuk menambah keberanian, kekuatan, ilmu kanuragan, mempercepat penyerapan keilmuan, wibawa, dan penjaga.
Golok Ciomas
Salah satu Golok Banten yang terkenal yaitu Golok Ciomas, hanya bisa didapatkan di sebuah daerah bernama Ciomas, Serang, Banten.
Berdasarkan keterangan Kiai Muhaemin, Pimpinan Pondok Pesantren Saanabil huda, yang juga sebagai salah satu pewaris atas pembuatan Golok Ciomas mengatakan, tidak sembarangan orang dapat membuat Golok Ciomas, karena dalam proses pembuatannya membutuhkan ritual khusus dan juga alat khusus yang merupakan warisan turun-temurun.
Golok Ciomas (https://www.kaskus.co.id)
Golok Ciomas ini terdiri dari beberapa jenis, yakni jenis Salamunggal, Mancungan, Malapah Gedang, Candung, Kembang Kacang, dan Bedul Mungkuk. Serta untuk ‘gagang’ nya sendiri juga terdapat beberapa penamaan, yaitu Jengkol Sahulu, jebuk Sepasi, Pala Burung, Wayangan Standar Ciomas, Wayangan Satria. Penamaan ini digunakan untuk membedakan asli atau tidaknya golok.
Konon kabarnya Golok Ciomas dipercaya sebagai senjata yang dapat meredam amarah dan hawa nafsu orang, oleh karenanya Golok ciomas ini juga dikenal sebagai ‘senjata perdamaian’. Atas keistimewaannya tersebut menjadikan Golok Ciomas sebagai warisan budaya khas Banten yang cukup terkenal.
Golok Salungkar
Golok Sulangkar adalah Golok Kramat Asli Warisan budaya Banten dan Golok ini di Gunakan Masyarakat Banten Sebagai Senjata Saat Melawan Penjajah, Dahulu Orang Banten Menggunkan Golok Sulangkar ini di Oleskan dengan Racun Agar Melumpuhkan Musuh. Racun yang di Oleskan Adalah Ular Tanah, Katak Budug dan Kalajengking.
Sulangkar asli terbuat dari besi pilihan diantaranya besi Pelat Hitam, yang disebut besi sulangkar, dan baja dari kihkir bekas, besi sulangkar yang digunakanpun harus besi pilihan yang mengandung besi yang sudah dipakai oleh orang-orang zaman dulu/bekas pakai (konon dipercayai besi Kuno Mengandng mistis yang kuat) seperti bekas material andong alias sado atau dokar hingga ranjang jaman dulu.
Cara pembuatan
Cara pembuatanyapun tidak mudah, bahan tersebut harus disatukan dengan cara dibakar terlebih dahulu, kemudian ditempa sampai menjadi satu. Lempengan besi kemudian dibentuk sesuai ukuran yang diinginkan, kemudian setelah membentuk lalu difinishing agar jadi golok yang siap pakai, ada yang memakai gagang dari tanduk kerbau dan ada juga yang dari kayu, tergantung selera masing-masing, tapi gagang dari tanduk kerbau agak sedikit mahal apa lagi tanduk kerbau bule.
Demi Keamanan
Golok Sulangkar di Netralisir Racunnya, di tiadakan, tanpa menghilangkan pamor dan khas Golok Sulangkar dari Banten. Sebab kalau ada racunya, di pegang bilahnya tangan kita pasti radang. Kalau tergores sedikit saja, langsung Infeksi dan cepat membusuk, itu bahanyanya.
Bedog
Bedog adalah peralatan yang penting dalam keperluan sehari-hari seperti untuk memangkas pohon, menebang bambu, keperluan dapur dan lain-lain.
Congkrang (Arit)
Ada juga sejenis bedog yang bentuknya agak berbeda dengan bedog atau golok dimana bagian ujungnya melengkung ke bawah dan disebut congkrang atau arit. Fungsinya lebih banyak digunakan untuk menyabit rumput atau keperluan di kebun lainnya.

pusaka daerah kalimantan barat

Senjata Tradisional Kalimantan Barat

1.    Senjata Tradisional  Sipet / Sumpitan


Sipet terbuat dari batang kayu keras berdiameter 2-3 cm dengan panjang sekitar 1.5 m - 2.5 m yang bagian tengahnya dilubangi dengan diameter lubang ¼ – ¾ cm berfungsi sebagai laras untuk meluncurkan anak sumpit yang disebut “damek”.

Adapun damek terbuat dari bambu yang ujungnya diberi bisa atau racun dari getah pohon Ipuh atau pohon Iren yang disebut “Ipu”.

Dalam cerita tetek tatum atau cerita turun-temurun, ipuh atau bisa dari anak sumpit ini dapat merobohkan beruang hingga harimau dahan dalam waktu kurang dari 10 menit dan tingkat akurasi senjata yang sesungguhnya selain dipakai berburu oleh suku Dayak pedalaman zaman dulu kala, konon mampu mencapai jarak hingga 200 meter (memang untuk membuktikan agak sulit sebab kemampuan fisik penyumpit semakin lama semakin tergusur sebab tidak terlatih lagi seperti di lingkungan aslinya yakni di tengah padang rimba).

http://budaya-indonesia.org/

2.      Senjata Tradisional Lonjo / Tombak

Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
http://alfonsobyonic.blogspot.com


3.  Senjata Tradisional Telawang / Perisai

Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.



4.  Senjata Tradisional Mandau


Mandau merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.

5. Senjata Tradisional  Dohong


Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basir.


pusaka daerah kalimantan timur

1. Senjata Tradisional Kalimantan Timur – Mandau


mandau khas kalimantan timur


Mandau yang merupakan senjata tradisional suku dayak ini dipergunakan oleh Raja-Raja atau kepala suku saja. Karena mandau dipercaya merupakan senjata keramat yang sangat dipelihara dan dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Mandau yang sejenis dengan parang, memiliki panjang ½ meter.
Ciri khas yang melekat pada senjata tradisional ini yaitu pada ukiran-ukiran pada bilahnya yang tidak terlalu tajam. Banyak juga ditemui mandau dengan ukiran tambahan lubang pada bilahnya dengan ditutupi dengan tembaga dengan tujuan memperindah bilah mandau.

2. Senjata Tradisional Kalimantan Timur – Bujak

Bujak merupakan senjata tradisional Kaltim yang sejenis dengan tombak.

3.    Senjata Tradisional Kalimantan Timur – Gayang


Gayang Khas Kalimantan Timur


Gayang merupakan senjata tradisional suku Dayak Kadazandusun, bentuknya yang mirip dengan mandau tetapi mempunyai perbedaan dalam segi desain bilah dan sarungnya yang melengkung semisal Parang Ilangnya Dayak Iban.
Juga dalam segi ukuran, gayang memiliki ukuran panjang yang lebih panjang dari mandau. Gayang juga dibuat dengan ritual-ritual tertentu seperti pembuatan mandau.

4.    Senjata Tradisional Kalimantan Timur – Sumpit


Sumpit khas Kalimantan TImur


Sumpit yaitu senjata tradisional Kalimantan yang digunakan dengan cara ditiup. Senjata tradisional ini sering digunakan untuk memburu dan sebagai senjata perang. Sumpit yang dibuat dari bilahan bambu sebagai batang (pipa sumpit) dan anak panah (damek) yang dibuat dari bilah bambu, lidi aren atau dirap.
Demikianlah penjelasan singkat terkait senjata tradisional Kalimantan Timur yang mudah-mudahan bisa menambah wawasan kita. 

pusaka daerah sulawesi barat

Senjata Tradisional Sulawesi Barat  

 Rasanya tak habis-habis kita menjelajah ke Provinsi Sulawesi Barat ini, jika pada artikel yang lalu tentang Provinsi Sulawesi Barat, kita sudah mengenal bermacam-macam kebudayaan seperti lagu daerah bersama alat musik tradisional nya, serta tari-tarian tradisional yang berasal dari Sulawesi Barat, kini kita akan mengenal salah satu senjata tradisional yang dikenal dari Sulawesi yang tentu saja termasuk Sulawesi Barat didalamnya. Bangsa Indonesia tentu sudah tidak asing dengan istilah senjata badik. 
Badik atau badek adalah pisau dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda, dengan panjang mencapai sekitar setengah meter. Seperti keris, bentuknya asimetris dan bilahnya kerap kali dihiasi dengan pamor. Namun, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki ganja (penyangga bilah). Senjata Tradisonal ini merupakan Senjata Identitas Provinsi Sulawesi Barat. Menurut pandangan orang Bugis Makassar, setiap jenis badik memiliki kekuatan sakti (gaib). Kekuatan ini dapat memengaruhi kondisi, keadaan, dan proses kehidupan pemiliknya. Sejalan dengan itu, terdapat kepercayaan bahwa badik juga mampu menimbulkan ketenangan, kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran ataupun kemelaratan, kemiskinan dan penderitaan bagi yang menyimpannya.
Sejak ratusan tahun silam, badik dipergunakan bukan hanya sebagai senjata untuk membela diri dan berburu tetapi juga sebagai identitas diri dari suatu kelompok etnis atau kebudayaan. Badik ini tidak hanya terkenal di daerah Makassar saja, tetapi juga terdapat di daerah Bugis dan Mandar dengan nama dan bentuk berbeda.
Secara umum badik terdiri atas tiga bagian, yakni hulu (gagang) dan bilah (besi), serta sebagai pelengkap adalah warangka atau sarung badik. Disamping itu, terdapat pula pamor yang dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya.
- Badik Makassar
Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing. Badik yang berbentuk seperti ini disebut Badik Sari. Badik Sari terdiri atas bagian pangulu (gagang badik), sumpa’ kale (tubuh badik) dan banoang (sarung badik). Lain Makassar lain pula Bugis, di daerah ini badik disebut dengan kawali, seperti Kawali Raja (Bone) dan Kawali Rongkong (Luwu).
- Badik Bugis Luwu
Badik Bugis Kawali Bone memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus. Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung). Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik itu yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan.
- Kawali Lamalomo Sugi
Kawali Lamalomo Sugi adalah jenis badik yang mempunyai motif kaitan pada bilahnya dan dipercaya sebagai senjata yang akan memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan, kawali Lataring Tellu yang mempunyai motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak akan mengalami duka nestapa. Itulah sebabnya, badik ini paling cocok digunakan bagi mereka yang berusaha di sektor pertanian.


pusaka daerah jakarta

SENJATA TRADISIONAL BETAWI (JAKARTA) Golok Betawi  Senjata merupakan alat kepanjangan tangan manusia dalam pembelaan diri, dalam s...